SIKLOPEDI BERKAT- Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, menjadi saksi bisu dari kejayaan dan perlawanan kerajaan Mempawah terhadap penjajahan Belanda melalui Bangunan Benteng Kota Batu.
Berdiri megah di Desa Pulau Pedalaman, benteng ini menjadi cagar budaya yang menyimpan kisah panjang sejarah perlawanan dan keberanian rakyat Mempawah.
Baca Juga : Menjelajahi Jejak Peradaban Prasejarah di Nusantara Melalui Pameran Kampung Purba
Sejarah Singkat Dibangunnya Benteng Kota Batu
Pada masa pemerintahan Gusti Jamiril dengan gelar Panembahan Adijaya Kesuma Jaya, kerajaan Mempawah selalu berhadapan dengan Belanda.
Karena upaya perlawanan Gusti Jamiril, Belanda mengarahkan pasukannya di Pontianak untuk menyerang Mempawah.
Dalam menghadapi ancaman ini, Gusti Jamiril memutuskan untuk meninggalkan Mempawah, memindahkan pusat pemerintahannya ke Sungai (Karangan), dan memberikan kesempatan Belanda mengangkat Syarif Kasim sebagai Raja Mempawah.
Baca Juga : Teladani dan Amalkan Karakter Rasulullah SAW, Ketua DPD RI, LaNyalla : Bangsa Ini Jadi Panutan dan Adi Daya
Benteng Kota Batu dibangun oleh Belanda untuk melindungi diri dan kelompok mereka dari serangan Jepang serta masyarakat setempat.
Dengan ukuran sekitar 50×40 meter persegi, benteng ini dilengkapi dengan lubang-lubang strategis tempat senjata laras panjang ditempatkan.
Lubang-lubang ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat senjata, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengelabuhi musuh dengan cara menyembunyikan senjata dan lubang dari pandangan luar.
Baca Juga : Berkunjung ke Kalbar, Sandiaga Uno Dianugrahi Gelar Kekerabatan Dari Istana Amantubillah Mempawah
Uniknya, benteng ini tidak terbuat dari semen, batu, atau bata, melainkan dari pasir pantai dengan beberapa cangkang kerang yang terdapat ketika bongkahan benteng ini dibelah.
Baca Juga : Bupati Mempawah Harap Perayaan Robo-Robo Menjadi Sarana Silaturahmi dan Perekat Komponen Masyarakat